Makalah Jawa Barat


Sekilas Jawa Barat
Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bandung. Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat.Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. Saat ini terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan aspek historis wilayah ini. Namun hal ini mendapatkan penentangan dari wilayah Jawa Barat lainnya seperti Cirebon dimana tokoh masyarakat asal Cirebon menyatakan bahwa jika nama Jawa Barat diganti dengan nama Pasundan seperti yang berusaha digulirkan oleh Bapak Soeria Kartalegawa tahun 1947 di Bandung maka Cirebon akan segera memisahkan diri dari Jawa Barat, karena nama "Pasundan" berarti (Tanah Sunda) dinilai tidak merepresentasikan keberagaman Jawa Barat yang sejak dahulu telah dihuni juga oleh Suku Betawi dan Suku Cirebon serta telah dikuatkan dengan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 yang mengakui adanya tiga suku asli di Jawa Barat yaitu Suku Betawi yang berbahasa Melayu dialek Betawi, Suku Sunda yang berbahasa Sunda dan Suku Cirebon yang berbahasa Bahasa Cirebon (dengan keberagaman dialeknya).

Bendera

Lambang
Slogan: "Gemah Ripah Repeh Rapih"
(
Bahasa Sunda: "Makmur Sentosa Sederhana Rapi")
Negara
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9f/Flag_of_Indonesia.svg/22px-Flag_of_Indonesia.svg.png Indonesia
Ibu kota
Bandung
Koordinat
8º 0' - 5º 40' LS
106º 0' - 109º 0'
BT
Pemerintahan
 • Gubernur
H. Ahmad Heryawan
 • Wakil Gubernur
H. Deddy Mizwar
Luas
 • Total
35.222.18 km2 (13,599.36 mil²)
Populasi (2010)
 • Total
43.053.732
 • Kepadatan
1,200/km2 (3,200/sq mi)
Demografi
 • Suku bangsa
Sunda (73,73%), Jawa (11,04%), Betawi (5,33%), Cirebon (5%), Batak (0,77%), Minangkabau (0,47%), Tionghoa (0,46%)
 • Agama
Islam (97%), Protestan (1,81%), Katolik (0,58%), Buddha (0,22%), Hindu (0,05%), Kong Hu Cu (0.03%)
 • Bahasa
Bahasa Sunda, Bahasa Cirebonan, Bahasa Cirebon dialek Indramayu, Bahasa Melayu dialek Betawi (Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat (Perda Prov. Jabar) No. 5 Tahun 2003)
Zona waktu
WIB
Kabupaten
17
Kota
9
Kecamatan
558
Desa/Kelurahan
5778
        Sejarah 
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sejak sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara.Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda.Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932.Kerajaan sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda.Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak.Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda.Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa, kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak.
Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão di tepi Ci Liwung.Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat.Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950. 
1.    Zaman Pra-sejarah dan Awal Peradaban 
Propinsi Jawa Barat memiliki perjalanan sejarah yang panjang.Dimana menurut data dan penelitian arkeologi, Tanah Sunda di awali pada masa pra-sejarah dengan adanya kelompok masyarakat yang telah lama menetap di Tanah Sunda sebelum tarikh masehi. Hal ini ditunjukkan melalui situs purbakala di Ciampea (Bogor); Kelapa Dua (Jakarta);Dataran Tinggi (Bandung) dan Cangkuang (Garut) dimana terdapat bukti bahwa lokasi-lokasi tersebut telah ditempati oleh kelompok masyarakat yang memiliki sitem kepercayaan, organisasi sosial, sitem mata pencaharian, pola pemukiman dan lain sebagainya sebagaimana layaknya kehidupan masyarakat manusia pada umumnya.
2.    Zaman Mula Periode Sejarah Tanah Sunda
Era sejarah di Tanah Sunda baru dimulai pada sekitar abad ke-5 seiring ditemukannya artefak-artefak tertulis seperti beberapa prasasti yang ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa.Beberapa prasasti tersebut diketemukan di beberapa tempat yang saling berdekatan lokasinya yaitu di daerah Bogor, Bekasi dan Pandeglang. 
Dari prasasti tersebut, ditemukan informasi bahwa pemilik prasasti tersebut adalah Kerajaan Tarumanegara yang memiliki raja bernama Purnawarman dan ibukotanya adalah Bekasi.Kerajaan ini bercorak Hindu dan memiliki sistem kasta sebagai bentuk stratifikasi sosial dan hubungan antar negara telah mulai terrwujud di Kerajaan Tarumanegara. 
Pada awal abad ke-8 Kerajaan Tarumanegara dilanjutkan dengan kerajaan Sunda atau yang disebut dengan Kerajaan Pajajaran.Pusat kerajaan ini berada di Bogor pada masa sekarang. Kerajaan Pajajaran mengalami pasang surut hingga runtuh sekitar tahun 1579
3.    Zaman Perubahan, Pergerakan dan Kemerdekaan
Periode ini dimulai pada awal abad ke-17 dimana Belanda melalui Kongsi dagangnya (VOC) mulai memasuki pantai utara pelabuhan Jayakarta dan mulai dikenalnya Kerajaan Mataram (pada masa ini peradaban Islam mulai masuk dan menyebar di Pulau Jawa  yang dibawa oleh para pedagang asing yang berdagang ke Jawa Pada awal abad ke-19 kekuasaan VOC-Belanda semakin terasa di seluruh daerah nusantara tidak terkecuali di Tanah Sunda sendiri.Sehingga dapat dikatakan bahwa pada masa ini merupakan awal dari dimulainya kekuasaan Kolonial Hindia Belanda.Pada era ini, masyarakat dan Tanah Sunda dijadikan lahan eksploitasi tidak saja sumber daya alamnya yang kaya juga sumber daya manusianya melalui tanam paksa dan kerja rodi.
Keberadaan tanah Sunda dan potensinya membuat hasil ekploitasi tersebut menjadi sangat menguntungkan bagi Penguasa Kolonial baik bagi para rakyat Belanda di ndonesia maupun yang berada di Belanda itu sendiri.Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan masyarakat pribumi khsusunya di Jawa Barat hidup didalam garis pederitaan serta banyak timbulnya kemiskinan. Namun dibalik wajah pribumi Jawa Barat yang mengalami nasib seperti ini, masih terdapat beberapa kecil golongan yang juga hidup berkelimpahan yaitu orang-orang pribumi yang hidup dengan berkerjasama serta dekat dengan penguasa Kolonial Belanda yang sering disebut dengan Kaum Menak
Dibalik kedua hal tersebut, juga menciptakan beberapa kelompok perlawanan yang merasa tidak puas dan menggelorakan perlawanan terhadap penjajahan kolonial. Pemimpin-peminpin masyarakat ini antara lain : Dipati Ukur di Priangan (1628-1632), Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Purbaya di Banten (1659-1683), Prawatasari di Priangan (1705-1708), Bagus Rangin (1802-1818), Kyai Hassan Maulani di Kuningan (1842), Kyai Washid di Banten (1888), Kyai Hasan Arif di Garut (1918).
Selepas pendudukan Belanda datanglah Penjajah Jepang yang kala itu menggelar Perang Asia Raya terhadap bangsa Barat tidak terkecuali di Indonesia. Melalui kekuasaan Jepang, Belanda berhasil menyerah dan ditumbangkan di Kalijati, Subang tanggal 8 Maret 1942 dengan tanpa syarat). Jepang selain menjajah namun juga memberikan ilmu-ilmu strategi kepada rakyat Indonesia melalui PETA sehingga menimbulkan keberanian bagi rakyat pribumi Jawa Barat.Hal ini menjadi sebuah modal penting saat kemerdekaan Indonesia dimana kesemuanya itu menjadi sebuah pertahanan masyarakat Sunda dalam mempertahankan kemerdekaan dan tetap bersatu dan menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Arti Kata Sunda
Dalam buku Sejarah Sunda (Karya R. Ma'mun Atmamihardja tahun 1958) dimana arti kata Sunda dapat disimpulkan sebagai berikut :
a)    Bahasa Sansekerta         : Sunda artinya bersinar terang, nama Dewa Wisnu.
b)    Bahasa Kawi                 : Sunda artinya air, tumpukan, pangkat dan waspada.
c)    Bahasa Jawa                  : Sunda artinya bersusun, berganda, kata atau suara, naik.
d)    Bahasa Sunda               : Sunda berarti bagus, indah, unggul, dan cantik
        Perekonomian
Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat.Saat ini peningkatan ekonomi modern ditandai dengan peningkatan pada sektor manufaktur dan jasa. Disamping perkembangan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur terhitung terbesar dalam memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir tigaperempat dari industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar Jawa Barat. PDRB Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$ 27.26 Billion) menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah Provinsi.Bagaimanapun juga karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita Jawa Barat adalah Rp.5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas, ini menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak dan gas 4,91 persen termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara keseluruhan. (US$1 = Rp. 8.500,-) 
Kepala Bank Indonesia (BI) Jawa Barat dan Banten, Dian Ediana Rae, mengatakan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat di awal triwulan 2013."Meningkat dari 5,5 persen menjadi 5,9 persen" kata Dian pada Kamis, 30 Mei 2013.Pertumbuhan itu disebabkan oleh solidnya permintaan domestik dan membaiknya prospek permintaan ekspor.Sementara kinerja perbankan di Jawa Barat juga mengalamai perkembangan yang positif. "Perbankan di Jawa Barat, mengalami peningkatan pertumbuhan kredit dengan resiko kredit yang semakin turun," ujar Dian.
Pertumbuhan penyaluran kredit meningkat sebesar 27,6 persen atau  Rp 215,03 triliun dengan NPL (Non Performing Loans) atau resiko kredit hanya 2,86 persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 17,65 persen atau mejadi Rp 253,87 triliun.Perkembangan itu menunjukan peningkatan LDR (Loan to Deposit Ratio) pada kinerja intermidasi perbankan Jawa Barat dari 83,10 persen menjadi 84,70 persen.
Berdasarkan pertumbuhan itu, BI Jabar ingin meningkatkan peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Jawa Barat melalui pemetaan di tiap daerah di Jawa Barat berdasarkan keunggulannya masing-masing. "Bandung, Bekasi dan Bogor menjadi pusat penyalur kredit UMKM" kata Dian. Dian menambahkan, Aset Bank Konvensional di Kota Bandung mencapai Rp 156,77 triliun, Kota Bekasi Rp 36,07 triliun dan Bogor  Rp 31,27 triliun. UMKM unggulan di Kota Bandung, meliputi usaha pada kacang tanah, budidaya ikan hias, pakaian jadi, wisata religi, bimbingan belajar, dan angkutan kota.
Kota Bekasi unggul pada UMKM jagung, cabe, rambutan, ayam buras, budidaya ikan kolam, mebel, minimarket, kursus dan bahasa inggris.Seeqngkqn  UMKM Kota Bogor unggul pada usaha jambu, budidaya sapi perah, konveksi, restoran, kuliner dan reparasi motor. Penetapan komoditi unggulan ini didasari oleh beberapa hal, antara lain: pertumbuhan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Namun, Dian mengeluhkan kendala yang akan dihadapi oleh BI dalam UMKM ini. Menurut dia, perlu kebijakan yang mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi UMKM.  Jika semua memainkan peran UMKM secara maksimal, maka akan menjadi loncatan yang luar biasa bagi Jawa Barat.  Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah UMKM yang mencapai 8,7 juta usaha itu dapat menyerap hampir 14 ribu pekerja.
        Geografi
Luas                : 34.816,96 km2
Penduduk        : 39.140.812  jiwa
Batas Wilayah
-        Utara          : laut Jawa  dan DKI Jakarta
-        Selatan       : Samudra Indonesia
-        Barat          : Propinsi Banten
-        Timur         : Propinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah.Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa.Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon.Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.
1.    Penduduk
Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di Kabupaten Cirebon, Kota CirebondanKabupaten Kuningan dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya dan Babelan (Kabupaten Bekasi) dan Kota Depok bagian utara dituturkan Bahasa Melayu dialek Betawi.
Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah JABODETABEK (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa.Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi.Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun.Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan ragam Bahasa Cirebon Bagongan maupun Bebasan. Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
2.    Iklim
Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
3.    Topografi
Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 .10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.
4.    Demografi
     Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 43.053.732 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 14.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08 persen di Kabupaten Bogor. Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak 21.146.692 jiwa.Seks Rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.Seks rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah Kabupaten Cianjur sebesar 107. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.
Piramida penduduk Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil sensus 2010.
Legenda: ██ Laki-laki ██ Perempuan 
Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010 adalah 26,86 tahun.Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk kategori menengah.Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat adalah 51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84 sementara di daerah perdesaan 55,92
5.    Pertanian: Lahan dan Perairan
Dikenal sebagai 'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk produksi beras. Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia, hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia.Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu terdapat komoditi seperti teh, kelapa, minyak sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.
6.    Kelautan dan Perikanan
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.
7.    Sumber Daya Manusia: Jumlah Penduduk dan Tenaga Kerja
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun 2003, 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK (sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%).
8.    Minyak-Mineral dan Geothermal
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan,termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Pengelola Emas adalah PT. Aneka Tambang.
      Kehidupan Sosial Budaya
1.    Mata Pencaharian
85 % penduduk Jawa Barat hidup dari hasil pertanian.15% bermatapencaharian sebagai buruh pabrik, nelayan, pengrajin, guru, pegawai negeri dan pengusaha.
2.    Agama dan Kepercayaan
98 % dari jumlah penduduk Jawa Barat tercatat sebagai pemeluk agama Islam, Katholik, Kristen, Budha dan agama/kepercayaan lainnya.
3.    Bahasa
Secara antropologi budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut orang Sunda itu adalah mereka yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu. Suatu hal yang menonjol dari bahasa Sunda ialah digunakannya undak-usuk basa (tingkatan bahasa) yaitu bahasa kasar, sedeng, lemes, kasar pisan (sangat kasar) dan lemes pisan (sangat halus)
4.    Sistem Kekerabatan
Parental atau bilateral yaitu hak dan kedudukan anggota keluarga dari pihak ayah maupun dari pihak ibu sama. Sistem kekerabatan orang Sunda meliputi hubungan ke atas dan ke bawah sampai tujuh tingkatan serta juga ke samping.bapa–indung (ayah–ibu), aki–nini (kakek–nenek), buyut (cicit), bao, janggawareng, udeg-udeg dan gantung siwur. Adapun hubungan ke bawah secara berturut-turut adalah : anak, incu/putu (cucu), buyut (cicit), bao, janggawaeng, udeg-udeg dan gantung siwur.
5.    Sistem Kemasyarakatan  
      Berdasarkan tempat : misalnya orang Sunda Banten, Bogor, Priangan, Cirebon, Karawang dsb. Berdasarkan keadaan materi: adanya lapisan anu beunghar (kaya) dan lapisan sangsara (miskin)
      Berdasarkan prestise feodalistis: adanya orang Sunda menak (bangsawan) dan cacah/somah (rakyat biasa), orang Sunda terpelajar dan bukan terpelajar
      Berdasarkan profesi mata pencaharian: pegawai negeri, pengusaha, pedagang, petani, buruh, nelayan dan lain-lain.
6.    Sistem Kepemimpinan
Sistem kepemimpinan dalam masyarakat Sunda dapat diklasifikasikan atas dua macam,yaitu:
      Kepemimpinan kenegaraan ialah kepemimpinan yang terbentuk berdasarkan tugas, kewajiban dan wewenang mengelola negara atau kelompok masyarakat tertentu. Dalam masyarakat Sunda kepemimpinan kenegaraan paling atas pernah dipegang oleh raja pada masa pengaruh kebudayaan Hindu (abad ke-5 sampai dengan abad ke-16), sultan pada masa pengaruh Islam (abad ke-15 sampai awal abad ke-19)
      Kepemimpinan keagamaan ialah kepemimpinan yang terbentuk berdasarkan penguasaan ilmu agama dan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai keagamaan.
*        Pendidikan dan Kebudayaan
Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.
1.    Pendidikan Bahasa Cirebon
Keberagaman budaya dan bahasa yang ada di Jawa Barat sempat diuji ketika Kongres Jawa Barat yang ketiga diadakan. Tepatnya di Kota Bandung tanggal 28 Februari 1948, pada saat tersebut salah satu perwakilan masyarakat Jawa Barat dari Suku Sunda yaitu Bapak Soeria Kartalegawa yang juga ketua Parta Rakyat Pasundan (PRP) mengusulkan agar pembicaraan dalam rapat badan perwakilan tersebut (Kongres Jawa Barat) dibolehkan menggunakan Bahasa Sunda, namun kemudian usulan tersebut segera disanggah oleh perwakilan masyarakt Jawa Barat lainnya dari Suku Cirebon yaitu bapak Soekardi, bapak Soekardi menyatakan

Djika dibolehkan berbitjara dalam bahasa Soenda, orang-orang yang ingin memakai bahasa daerah lainnya poen haroes diizinkan, oempamanja bahasa daerah Tjirebon”.

Kemudian pada periode sebelum tahun 1970-an Pemerintah memasukan Pelajaran Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) untuk wilayah Cirebon dan Indramayu yang masih termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat dimana mayoritas penduduknya menggunakan Bahasa Sunda, namun ternyata guru pengajar dan muridnya tidak memahami kosakata yang digunakan tersebut hingga akhirnya memutuskan untuk tidak mengajarkan Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) di wilayah Cirebon-Indramayu. Kekosongan pelajaran muatan lokal bahasa daerah ini kemudian berusaha diisi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memasukan pelajaran bahasa daerah Bahasa Sunda, oleh karenanya pada periode tahun 1970-an bahasa daerah yang diajarkan di wilayah Cirebon - Indramayu adalah Bahasa Sunda karena dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Jawa dialek Cirebon, kemudian pada periode tahun selanjutnya pengajaran Bahasa Cirebon ini mulai untuk diajarkan di wilayah "Pakaleran Majalengka" yaitu wilayah utara kabupaten Majalengka yang mayoritas penduduknya merupakan keturunan Prajurit Majapahit, pada wilayah Pakaleran ini kosakata Bahasa Jawa diaek Banyumasan, Bahasa Jawa dialek Bumiayu serta Bahasa Jawa dialek Tegal lebih terasa, contohnya pada penyebutan kata "saya" yang menggunakan sebutan "Nyong" dan bukannya "Ingsun" ataupun "Reang" seperti yang dituturkan di wilayah Cirebon - Indramayu.
Namun pengajaran bahasa daerah pada periode tersebut belum memiliki payung hukum, karena Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebelumnya mengindikasikan bahwa Jawa Barat merupakan wilayah tanah Sunda, dengan mayoritas suku sunda yang bertutur bahasa sunda, baru setelah tahun 2003 dengan diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Perlindugan dan Pengembangan Budaya dan Bahasa di Jawa Barat yang mengakui adanya tiga suku asli jawa barat yaitu Sunda, Melayu-Betawi dan Cirebon, pengajaran bahasa daerah non-sunda memiliki perlindungan payung hukumnya, adapun pergerakan untuk menjadikan bahasa cirebon sebagai sebuah bahasa yang mandiri yang terlepas dari Bahasa Jawa maupun Sunda dilakukan dengan sebuah Metode yang disebut dengan "Metode Guiter" namun pada perhitunganya metode tersebut baru mencatat sekitar 75% perbedaan antara Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya, sementara untuk diakui sebagai sebuah bahasa mandiri diperlukan sedikitnya 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya. namun secara nyata, penerbitan buku penunjang pelajaran bahasa daerah Cirebon dan Indramayu pada periode tahun 2000-an sudah dilakukan dengan tidak menyebutkan Cirebonsebagai sebuah dialek Bahasa Jawa dan hanya disebutkan "Bahasa Cirebon" dan bukannya "Bahasa Jawa dialek Cirebon" seperti yang dilakukan pada penerbitan "Kamus Bahasa Cirebon" oleh Almarhum Bapak TD Sudjana dan kawan-kawan tahun 2001 dan "Wykarana - Tata Bahasa Cirebon" oleh Bapak Salana tahun 2002.
Pengembangan Pendidikan Bahasa Cirebon
Pengembangan dan Perlindungan Bahasa yang diamanatkan oleh Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 dalam kaitannya dengan pengembangan Bahasa Cirebon hanya terjadi disekitar wilayah eks-karesidenan Cirebon yaitu (Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, sebagian wilayah Kabupaten Majalengka dan sebagian wilayah Kabupaten Kuningan) sementara wilayah kabupaten lainnya yang juga didiami oleh Suku Cirebon seperti wilayah Kabupaten Subang sebelah utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang di Pesisir Timur hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003) diterbitkan belum juga mendapatkan pengajaran Bahasa Cirebon, adanya ketidakmerataan pengajaran bahasa daerah di Jawa barat ini dikarenakan pemerintah memberikan hak sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah di setiap Kabupaten / Kota untuk menentukan sendiri pengajaran bahasa daerah yang ada diwilayahnya.
2.    Pendidikan Bahasa Melayu dialek Betawi
Berbeda halnya dengan pendidikan bahasa cirebon, pendidikan bahasa betawi di wilayah Provinsi Jawa Barat mengalami hal yang lebih parah dari masalah yang dialami oleh bahasa cirebon, pendidikan Bahasa Betawi hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003) diterbitkan sama sekali belum dilakukan di wilayah yang didiami oleh suku betawi yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, sebagian Kabupaten Bogor wilayah Utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang sebelah barat, padahal penelitian tentang Bahasa Betawi telah cukup banyak dilakukan, diantaranya :
a.    K. Ikranegara (1980). Melayu Betawi Grammar. Linguistic Studies in Indonesian and Languages in Indonesia 9. Jakarta: NUSA.
b.    S. Wallace (1976). Linguistic and Social Dimensions of Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation, Cornell University.
Pengembangan Pendidikan Bahasa Melayu dialek Betawi
Hingga tahun 2011 Pemerintah Daerah yang wilayahnya didiami oleh Suku Betawi yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Karawang masih belum mengadakan pendidikan bahasa daerah Bahasa Melayu dialek Betawi dan hanya mengajarkan pendidikan bahasa daerah Bahasa Sunda.
3.    Perguruan Tinggi Negeri :
4.    Perguruan Tinggi Swasta :
  Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), di Bandung
  Universitas Gunadarma (UG), di Depok
Pemerintahan 
Jawa Barat terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota. Kota-kota hasil pemekaran sejak tahun 1996 adalah:
a.    Kota Bekasi, dimekarkan dari Kabupaten Bekasi pada tahun 1996
b.    Kota Depok, dimekarkan dari Kabupaten Bogor pada tahun 1999
c.    Kota Cimahi, dimekarkan dari Kabupaten Bandung pada tahun 2001
d.    Kota Tasikmalaya, dimekarkan dari Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2001
e.    Kota Banjar, dimekarkan dari Kabupaten Ciamis pada tahun 2002
f.      Kabupaten Bandung Barat, dimekarkan dari Kabupaten Bandung tahun 2007
g.    Kabupaten Pangandaran, dimekarkan dari Kabupaten Ciamis tahun 2012
1.    Kabupaten dan Kota
Kabupaten/Kota
Ibu kota
Bupati/Walikota
Soreang
Ngamprah
Cikarang
Cibinong
Ciamis
Cianjur
Sumber
Tarogong Kidul
Indramayu
Karawang
Kuningan
Majalengka
Parigi
Purwakarta
Subang
Pelabuhanratu
Sumedang
Ade Irawan
Singaparna
-
-
-
 
1.    Daftar Gubernur
No
Nama
Mulai Jabatan
Akhir Jabatan
Keterangan
1.
1945

2.
1945
1946

3.
1946

4.
1948

5.
1950
6.
1951

7.
1956

8.
1959

9.
1970

10.
1974

11.
1985

12.
1993

13.
13 Juni 2003

14.

15.
periode pertama
periode kedua
2.    Perwakilan 
Jawa Barat memiliki 91 wakil di DPR RI dari 11 daerah pemilihan dan empat wakil di DPD. DPRD Jawa Barat hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari 10 partai, dengan perincian sebagai berikut:
Partai
Kursi
%
38
34,9
16
14,7
15
13,8
13
11,9
8
7,3
Partai Gerindra
8
7,3
PAN
5
4,6
3
2,8
2
1,8
1
0,9
Total
109
100,0
  Pariwisata
Objek-objek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:
1.         Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung
3.         Kebun Raya Bogor, Kota Bogor
4.         Talaga Warna, Puncak, Kabupaten Bogor
7.         Ciater, Kabupaten Subang
              Talaga Warna       Tangkuban Parahu             Ciater
      Kesenian
1.         SENI SUARA
Tembang  Sunda,Kacapi Suling, Degung, Kliningan, Calung, Reog, Rampak Kendang, Dogdog Lojor, Tarling dan sebagainya.  
2.         ALAT MUSIK
Angklung, angguk,calung, celempungan,Suling gambang, kolotok, Gamelan : bende, bonang, goong, boning rincik, ketuk, saron, demung, jenglong;kacapi, tarawangsa, rendodogdog, genjring, kendang, rebana.
3.         SENI TARI
Tari Merak Tari Topeng Tari  Pangbage, Tari Kupu-kupu
4.         SENI TEATER
Ronggeng Gunung yang hidup di daerah Ciamis Sandiwara;Seni Wayang (yang paling populer adalah wayanggolek, selain wayang beber)
5.         SENI LUKIS
lukisan batik di Cirebon, Indramayu,Garut dan Tasikmalaya, lukisan keramik berkembang di Plered
6.         SENI UKIR
        wayang golek, topeng/kedok 
7.         SENI SASTRA
Pantun,Wawacan, Guguritan, Pupujian, Kakawihan, Paparikan, Wawangsalan
     
Tari Merak                             Wayang Golek                                  Angklung
                Seni Lukis                                            Seni Ukir
      Makanan 
Utama (nasi, pepes, karedok, sayur asem dan sambal lalab)
1.    Bandung    : peuyeum sampeu& ketan, borondong, ladu,  burayot, ali agrem, kolontong , opak,
                   ranginang, kiripik tempe,  kiripik  oncom, awug;
2.    Cianjur       :  tauco, aneka manisan buah;
3.    Sukabumi   :  Sirop pala, kue moci, bika ambon;
4.    Bogor         :  kiririp taleus, asinan Bogor, lapis hejo
5.    Cirebon      : kerupuk udang, sirup campolai, terasi, empal gentong, ikan asin, emping;
6.    Kuningan   :  peuyeum ketan putih, sirup jeruk nipis;
7.    Majalengka :  kecap.
8.    Purwakarta :  simping, peuyeum gandul;
9.    Subang       :  dodol nenas, selai nenas;
10. Garut         :  aneka macam dodol ketan, sale kesemek; 
Sedangkan minuman khas orang Sunda di antaranya : air  bening/mineral air teh, bandrek, bajigur, goyobod, es cingcaw,dan lahang.
Asinan Bogor           Dodol Garut                      
   Manisan Cianjur          Peyeum                                    
*      Flora dan Fauna
1.         Flora
           Tanaman pangan
-        Tanaman palawija          : jagung, ketela pohon, ketela   rambat, kacang tanah, kacang
  kedelai dll
-        Tanaman sayuran           : kentang, kubis dll.
-        Tanaman buah-buahan  : alpuket, jeruk, dll.
-        Tanaman perkebunan    : teh, kina, tebu, coklat, kelapa sawit, kopi, cengkeh.
           Tanaman produksi               : jati, pinus, rasamala, maesipsis, damar, mahoni, bakau dan
 jabon.
           Tanaman hias                       : dahlia, sedap malam, melati, sinyo nakal, pacar keling  dan
  nusa indah.
           Tanaman rempah                 : lada, pala, cabe dan cengkeh.
Tanaman Melati                     
2.         Fauna 
           Binatang liar                        : badak, banteng, rusa, babi hutan, kancil, macan tutul, macan, anjing
  hutan, wauwau, aneka jenis burung dan kera.
           Binatang ternak       : sapi,babi,kerbau,kuda,domba, ayam dan aneka jenis unggas.
           Perikanan                 : ikan mas, mujaer, sepat siem, bandeng,tawes,
  nilem,gurame,belanak,belut, lele dan  ikan nila.
 Badak                                        Kerbau                             
*      Pakaian Tradisional 
1.         Pakaian Rakyat Biasa
-             Pria               :celana komprang/pangsi, baju kampret atau salontreng (baju kurung), iketlohen, dan sandal tarumpah.
-             Wanita          :sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur atau angkin (ikat pinggang), kutang (kamisol), baju kebaya dan selendang batik. Sebagai pelengkap, dan sendaljepit/sendal keteplek.
2.         Pakaian Kaum Menengah
-             Pria               :baju bedahan putih, kain kebat batik, sabuk dan ikat kepala, alas kaki sandal tarumpah, arloji sebagai pelengkap.
-             Wanita          :kain kebat batik beraneka corak sebatas mata kaki, beubeur, kebaya beraneka warna, selendang berwarna, alas kaki memakai selop atau kelom geulis.giwang, kalung, gelang dan cincin yang terbuat dari emas atau perak.
3.         Pakaian Bangsawan /Menak
-             Pria               :Jas tutup warna hitam, Kain kebat batik motif rereng, Tutupkepala/bendo motif rereng (sama dengan motif kain), Sabuk, Jam rantai sebagai hiasan baju, Alas kaki sepatu hitam atau selop
-             Wanita          :kebaya beludru hitam dengan sulaman benang emas pada seluruh sisi depan kebaya hingga leher, kain kebat motif rereng, alas kaki sepatu atau selop beludru hitam bersulam emas atau manik-manik. Sebagai pelengkap, tusuk konde emas dan perhiasan giwang, gelang keroncong, cincin, kalung, peniti rantai, bros,
*      Lagu Daerah
 Manuk Dadali, Es Lilin, Borondong Garing, Panon Hideung,  Bubuy Bulan,
Contoh syair lagu daerah  :
Bubuy Bulan
Bubuy bulan….bubuy bulan sangray bentang
Panon poe…..panon poe disasate
Unggal bulan….unggal bulan abdi teang
Unggal poe…unggal poe oge hade
Reff :    Situ Ciburuy laukna hese dipancing
Nyeredet hate ningali ngeplak caina
Tuh itu saha nu ngalangkung unggal enjing
Nyeredet hate ningali sorot socana
*      Rumah Tradisional
1.         Rumah tradisional pada umumnya berbentuk panggung dengan  tinggi kolong kira-kira 60 Cm dari permukaan tanah. Bahan yang digunakan dalam membangun rumah tradisional adalah kerangka bangunan dibuat dari kayu, dinding terbuat dari bilik atap terbuat dari sirap atau injuk, lantai terbuat dari palupuh (bambu yang dilebarkan). Bagian kolong rumah biasa digunakan untuk beternak ayam atau menyimpan barang.
2.         Di lihat dari bentuk atapat dari bentuk atap :
      Julang Ngapak
      Suhunan Jolopong
      Tagog Anjing
      Badak Heuay
      Parahu Kumureb dan
      Jubleg Nangkub.
  
*      Permainan Rakyat Tradisional
1.         Gatrik
Gatrik merupakan permainan tradisional masyarakat Sunda.Pada masanya pernah menjadi permainan yang populer di Indonesia.Gatrik adalah permainan kelompok, terdiri dari dua kelompok.Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu yang satu menyerupai tongkat berukuran kira-kira 30 cm dan lainnya berukuran lebih kecil.Permainan gatrik biasanya dilakukan di lapangan atau halaman tanah terbuka. Jumlah pemain sebanyak 2 tim, masing-masing tim terdiri dari 2-5 anak. Biasanya digunakan batu (bata) sebagai landasan gatrik atau benda lain yang bisa digunakan sebagai landasan gatrik.Permainan ini terdiri dari tim pemukul dan tim penangkap. Gatrik menggunakan alat bantu berupa 2 potongan bambu atau kayu, potongan panjang sebagai pemukul sepanjang kurang lebih 30 cm dan potongan pendek sepanjang 10 cm.Untuk menentukan tim yang lebih dulu bermain sebagai pemukul, kita bisa melakukan suit, atau melemparkan kayu Gatrik pendek ke landasan di atas batu. Siapa yang melemparnya lalu masuk atau paling dekat dengan batu landasan, akan menjadi tim pemukul.
Permainan ini membutuhkan kelincahan dan kecepatan. Pemain harus hati-hati saat memainkannya karena semakin kencang gatrik meluncur, tim penangkap harus sigap untuk menghindari cedera terkena kayu gatrik. Cara bermain/peraturan bermain gatrik ini di setiap daerah bisa berbeda-beda.
2.         Oray-orayan
Oray-orayan adalah dwiwacana/kata berulang memakai akhiran an yang artinya meniru/menyerupai oray atau ular. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan atau campuran yang berumur antara 5 sampai 12 tahun.Pada umumnya masih dikenal terutama dipedesaan, dilakukan murid-murid di halaman sekolah maupun halaman rumah yang agak luas. Permainan ini dilaksanakan pada pagi hari, siang atau sore hari, maupun pada malam hari ketika bulan purnama.Jumlah pemain 7 sampai 20 anak, atau lebih banyak lebih baik karena akan lebih indah kelihatannya bagaikan ular yang sebenarnya. Permainan oray-orayan ini tidak memerlukan alat bantu, hanya memakai syair-syair lagu, berisi tanya jawab yang dilakukan sendiri oleh mereka yang bermain.
Permainan dengan cara membuat dua barisan yang berjejer ke belakang, paling depan menjadi kepala ular, sedangkan di tengah dan belakang menjadi bagian tubuh dan ekornya. Agar terlihat seperti ular, setiap pemain meletakkan tangannya di bahu temannya yang berada di muka, kecuali yang menjadi kepala ular.Kedua kepala ular itu saling berhadapan. Anak yang menjadi ekor atau paling akhir, dipilih anak yang paling keil tapi lincah karena ia harus dapat mengelakkan tangkapan si kepala ular lawannya. Setelah itu mulailah barisan atau ular itu berjalan meleok-leok mengikuti kepala ular seolah akan menerkam ekor ular lawannya. Oleh karena mereka mengatur posisi saling akan menerkam ekor ular, maka terdengar jerit dan tawa riang disertai lantunan lagu oray-orayan yang berbunyi sebagai berikut :
Oray-orayan luar leor mapay sawah
Entong ka sawah parena keur sedeng beukah
Oray-orayan luar leor mapay kebon
Entong ka kebon loba barudak keur ngangon
Mending ge teuleum
Di leuwi loba nu mandi
Saha anu mandi
Anu mandina pandeuri
Hok..hok..hok...
Setelah selesai melantunkan lagu tersebut, kepala ular berusaha menangkap ekor lawan      sambil diiringi suara hok...hok.... Permainan ini terdapat hampir di seluruh Jawa Barat dengan cara yang sama. Selain mengandung unsur pendidikan, permainan ini juga mengandung paduan suara, olahraga, dan juga merupakan hiburan yang menyenangkan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan oray-orayan ini adalah sportifitas, kerja sama, kerja keras, menghargai orang lain, bersabar.
*      Macam – macam Upacara
1.         Upacara Daur Hidup Manusia
         Upacara Adat Masa Kehamilan:
-          Upacara Mengandung Empat Bulan
-          Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
-          Upacara Mengandung Sembilan Bulan
-          Upacara Reuneuh Mundingeun
         Upacara Kelahiran, masa bayi dan kanak kanak :
-          Upacara Memelihara Tembuni
-          Upacara Nenjrag Bumi
-          Upacara Puput Puseur
-          Upacara Ekah
-          Upacara Nurunkeun
-          Upacara Gusaran
-          Upacara Sepitan/Sunatan
         Upacara Adat Kematian :
-          Memandikan
-          Mengkafani
-          Menyolatkan
-          Menguburkan
-          Menyusur tanah dan
-          Tahlilan
         Upacara Adat Perkawinan
-          Upacara sebelum akad nikah
-          Neundeun Omong -Ngalamar -Seserahan
-          Ngeuyeuk Seureuh
-          Upacara Adat Akad Nikah
-          Upacara Adat sesudah akad nikah
-          Munjungan/sungkeman
-          Sawer (Nyawer)
-          Nincak Endog
-          Buka Pintu
-          Huap Lingkung
2.         Upacara Tradisi
         Upacara Adat Bertani
-          Upacara Adat Seren Taun: Di Kasepuhan Sirnarasa Cisolok-Sukabumi Selatan, Cigugur Kuningan dan Baduy-Lebak/Banten.
-          Upacara Adat Kawin Tebu: Kadipaten Kabupaten Majalengka
-          Upacara Adat Sedekah Bumi: Cirebon
-          Upacara Adat Ampih Pare: Kabupaten Sumedang, Cianjur, Karawang dan Subang.
         Upacara Adat Pesta Laut: Pelabuhan Ratu (Sukabumi) dan Pangandaran (Ciamis).
         Upacara Adat Keagamaan
-          Upacara Ngirab/ReboWekasan
-          Upacara Adat Nyalawean
-          Upacara Lebaran 1 Syawal
-          Upacara Maulud Nabi Muhammad Saw
-          Upacara Peringatan
-          Isro Mi’raj
 
DOKUMEN
Bersama Bpk. Siemba (Tour Guide Anjungan Jawa Barat TMII)
KATA PENUTUP
Pendidikan ilmu Kebudaan adalah suatu keunikan perannya yang tak mampu diemban oleh mata pelajaran lainnya. Keunikan tersebut terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan seni,seperti kami mengaanalisa kebudayaan Jawa Barat dimana kami bisa mengetahui apa saja yang ada didalam kebudayaan tersebut ,dengan kami terjun langsung untuk menganalisanya kami bisa dapat merasakan,menerima dan menghargai bentuk suatu kebudayaan daerah Jawa Barat.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai penulisan analisa Kebudayaan Daerah Jawa Barat yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah .Semoga makalah ini dapat diterima dan turut andil dalam mempelajari ilmu kebudayaan daerah Jawa Barat.
Akhirnya kami mengucapkan terimah kasih kepada narasumber,dosen,dan berbagai pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
  Kesimpulan
Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki berbagai kebudayaan.mulai dari segi agama, bahasa, kesenian, adat istiadat, mata pencaharian dan lain sebagainya.Kebudayaan yang dimiliki Jawa Barat ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya. Dengan membuat makalah Jawa Barat ini diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan Jawa Barat tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan.
  Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional, maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa
 
DAFTAR PUSTAKA
1.       Bpk. Siemba (Tour Guide Anjungan Jawa Barat TMII)
 
 sumb

0 komentar:

Posting Komentar